Misunderstanding Komunikasi Interpersonal: Cacatnya Komunikator


(Foto by yonulis.com)

Misunderstanding ialah kesalahfahaman atau ketidakfahaman yang terjadi antara seseorang yang memberikan informasi atau pesan kepada objeknya (komunikan), sehingga menimbulkan kesalahfaham pesan yang dimaksudkan oleh seorang komunikator. Fenomena ini sering terjadi dikehidupan manusia, baik dalam ranah konvensional maupun digital (media massa). Hal ini terjadi disebabkan oleh faktor seorang pemberi pesan yakni komunikator, yang tidak jelas atau ambigu sehingga orang yang mendengarnya akan mengalami kebingungan dan terjadilah misinformasi.

Dalam proses penyampian pesan dan menerima pesan, ada sebuah tuntunan agar komunikasi interpersonal dapat berjalan efektif.

Sebagaimana dikutip dari sebuah e-journal “Acta Diurna” Volume VI. No. 2. Tahun 2017 dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph A. Devito mengenai ciri komunikasi antar pribadi yang efektif, yaitu:

a. Keterbukaan (openness)

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebalikanya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar. Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan. 

Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.

b. Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain  pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, serta melalui kacamata orang lain. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal.

c. Dukungan (supportiveness)

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik.

d. Rasa Positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. (Liliweri, 1991: 13) Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling  mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memiliki suatu kepribadian.

Dalam konsep Psikologi komunikator, proses komunikasi sukses apabila berhasil menunjukkan source credibility atau menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan. Aristoteles menyebutkan bahwa persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicaranya. Aristoteles juga menyebutkan bahwa karakter komunikator sebagai etos yang terdiri atas pikiran yang baik (good sense), akhlak yang baik (good moral character), maksud yang baik (good will), dan perilaku yang baik (good marner).  Adapun faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator terdiri dari kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungan dengan jenis pengaruh sosial yang ditimbulkannya.

  1. Kredibilitas. Adalah seperangkat persepsi communicate (pelaku persepsi) tentang sifat-sifat komunikator. Kredibilitas terdiri dari beberapa komponen penting diantaranya keahlian dan kepercayaan. Keahlian merupakan kesan yang dibentuk oleh komunikai tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Sedangkan kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya, yaitu dinamis, sosialbilitas, dan koorientasi komunikator

  1. Atraksi. Adalah daya tarik komunikator yang bersumber dari fisik. Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik fisik, misalnya komunikator disenangi atau dikagumi yang memungkinkan komunikan menerima kepuasan. Everett M. Rogers membedakan antara kondisi atraksi homophily dan heterophily. Pada kondisi homophily, komunikator dan komunikan merasa ada kesamaan dalam status sosial ekonomi, pendidikan, sikap, dan kepercayaan. Sedangkan pada kondisi heterophily terdapat perbedaan sosial ekonomi, pendidikan, sikap, dan kepercayaan antara komunikan dan komunikator
  2. Kekuasaan. Adalah kemampuan dalam menimbulkan ketundukan. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator dapat memaksakan kehendaknya kepada orang lain, karena ia menjadi sumber daya yang sangat penting.

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30).

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73)

Dengan demikian, proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan efektif bilamana memahami partikel-partikel diatas. Kesalahfahaman ini umum terjadi di masyarakat, baik yang dilakukan oleh dua orang maupun lebih, bahkan komunikasi dalam kelompok pun sering terjadinya misinformasi, karena misunderstanding dalam mengelola pesan dari komunikator dan juga ada asas praduga atas kesalahan dari komunikator sendiri.

Dalam hal ini ada suatu sebab yang menjadikan komunikator yang satu berhasil tetapi yang lainnya tidak berhasil. Dilansir dari pakarkomunikasi.com bahwa terdapat 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi menurut Fisher agar dapat berhasil, yaitu: penerimaan stimuli secara indrawi, proses yang mengantarai stimuli dan respon, komuniksi respon, serta peneguhan respon.

Dalam proses komunikasi antara komunikator dan komunikan maka diperlukan pemahaman terhadap aspek-aspek psikologinya, agar tidak terjadinya misunderstanding pada apa yang disampaikan. Diantaranya yakni:

  1. Inteligensi sasaran pembangunan

Intelegensi menentukan kemampuan seseorang dalam menerima, mengerti penemuan sesuatu yag baru. Intelegensi atau tingkat kecerdasan sasaran pembangunan menentukan tingkat keberhasilan komunikasi pembangunan. Artinya, semakin tinggi tingkat kecerdasan komunikan (mayarakat yang menjadi sasaran pembangunan).

Sebaliknya semakin rendah tingkat kecerdasannya, semakin sulit komunikan mengerti pesan yang disampaikan semakin sulit menerima perubahan, sehingga peluang keberhasilan komunikasi pembangunan menjadi semakin kecil.

  1. Sikap sasaran pembangunan

Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan reaksi atau merespon stimuli yang diterimanya. Respon ini sifatnya relatif, respon seseorang dengan orang yang lainnya bisa berbeda-beda. Faktor yang memegang peranan penting dalam penentuan sikap seseorang adalah perasaan atau emosinya.

Dalam komunikasi pembangunan, sikap masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan mempengaruhi proses komunikasi pembangunan.  Jika respon masyarakat positif, komunikasi pembangunan dapat berjalan efektif. Sebaliknya peluang keberhasilan komunikasi pembangunan semakin kecil jika respon masyarakat negatif.

  1. Minat sasaran pembangunan

Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Jika minat masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan tinggi, artinya mereka menyukai dan menginginkan perubahan tersebut, maka peluang keberhasilan komunikasi pembangunan akan semakin tingg

  1. Motivasi sasaran pembangunan

Motivasi merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Terdapat dua macam motif, yaitu motif inrinsik yang berasal dari dalam diri individu, serta motif ekstrinsik yang berasal dari luar individu. Ketiadaan motivasi akan terjadinya perubahan yang menyebabkan sulitnya keberhasilan proses komunikasi pembangunan.

  1. Berpikir positif

Berpikir positif disini terkait cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif. Melihat sesuatu, dalam hal ini perubahan terkait pembangunan ke dalam segi baiknya. Kebiasaan berpikir positif dapat menumbuhkan rasa percaya, meningkatkan motivasi, serta kemudahan dalam menjalin kerjasama. Kebiasaan berpikir positif ini perlu dimiliki oleh komunikan maupun komunikator.

  1. Penetapan sasaran

Penetapan sasaran atau goal setting merupakan dasar dilakukannya proses komunikasi pembangunan. Sasaran komunikasi pembangunan perlu ditetapkan sejak awal proses komunikasi pembangunan dilakukan. Baik sasaran jangka pendek, menengah, ataupun jangka panjang.  Ada tiga syarat penentuan sasaran yang bermanfaat, yaitu: sasaran harus menantang, dapat dicapai, dan meningkat.

  1. Emosi

Faktor emosi menyangkut  perasaan komunikan (sasaran komunikasi pembangunan) secara pribadi, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap rencana pembangunan yang dikomunikasikan serta sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi seperti senang, sedih, cemas, takut atau marah selalu ada pada setiap orang. Komunikator maupun komunikan perlu berusaha mengendalikan emosi tersebut demi keberhasilan komunikasi pembangunan

  1. Kecemasan dan Ketegangan

Kecemasan terikait dengan rasa takut, takut kehilangan sesuatu, takut gagal, takut salah, dsb. Kecemasan tersebut dapat menimbulkan ketegangan yang dapat memperkecil peluang keberhasilan komunikasi pembangunan.  Untuk itu perlu dilakukan berbagai teknik yang ada, untuk dapat mengatasi kecemasan tersebut.

  1. Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri tentu sangat menentukan keberhasilan komunikasi pembangunan. Jika sasaran pembangunan percaya diri bahwa pembangunan akan dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan, maka peluang keberhasilan komunikasi pembangunan semakin besar.

  1. Konsentrasi

Dengan konsentrasi, kesadaran seseorang akan tertuju pada seseuatu (dalam hal ini pembangunan) dalam waktu tertentu. Semakin baik dan semakin lama konsentrasi komunikan dalam proses komunikasi pemangunan, memperbesar pelang keberhasilan komunikasi pembangunan.

  1. Evaluasi

Evaluasi diperlukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan sasaran pembangunan. Dengan demikian penentuan target komunikasi pembangunan dapat disesuaikan dengan kemampuan sasaran pembangunan.

  1. Bakat

Bakat menyangkut kelebihan seseorang dalam melakukan sesuatu yang didapat secara alamiah. Setiap orang memiliki kemampuan khusus atau bakat tertentu. Sasaran pembangunan yang berbakat, akan lebih mudah memahami pesan yang dikomunikasikan terkait pembangunan.

  1. Pembentukan Persepsi

Persepsi memberi makna pada sensasi, dan membuat seseorang mendapatkan pengetahuan atau pemahaman baru. Umumnya persepsi didapatkan berdasarkan pengalaman seseorang mengenai sesuatu. Dalam hal ini komunikasi pembangungan sebaik mungkin menimbulkan persepsi yang baik, untuk menjamin keberhasilan proses komunikasi pembangunan tersebut.

Demikianlah aspek-aspek dalam psikologi komunikasi. Dengan adanya aspek-aspek dan tuntunan diatas mengenai keefektifan dalam suatu komunikasi maka, kita dapat menghindari dari suatu kesalahfahaman yang umum terjadi.

 

Referensi

Ivony. (2018). 13 Aspek Psikologi Dalam Komunikasi Pembangunan. https://pakarkomunikasi.com/aspek-psikologi-dalam-komunikasi-pembangunan#:~:text=Sedangkan ruang lingkup psikologi meliputi,komunikasi massa dalam perspektif psikologi.

Novianti, R. D., Sondakh, M., & Rembang, M. (2017). Komunikasi Anatarpribadi Dalam Menciptakan Harmonisasi (Suami Dan Istri) Keluarga Didesa Sagea Kabupaten Halmahera Tengah. E-Journal"Acta Diurna", VI(2), 1–15. https://media.neliti.com/media/publications/94222-ID-komunikasi-antarpribadi-dalam-menciptaka.pdf

Pambudi, R. (2019). Faktor yang Mempengaruhi Psikologi Komunikator. http://ilkom.unida.gontor.ac.id/faktor-yang-mempengaruhi-psikologi-komunikator/

Prof. Dr. Alo Liliweri, M. (2017). Komunikasi Antar Personal. Prenada Media. https://books.google.co.id/books?id=QvSlDwAAQBAJ&dq=Liliweri,+1991:+13&lr=&hl=id&source=gbs_navlinks_s

Susanti, M. S., & Rifayanti, R. (2018). Strategi Komunikasi Interpersonal Terapis Di Klinik Jayamatja Samarinda. 6(3), 688–702.

 


Tulisan diatas merupakan tugas Paper Psikologi Komunikasi, Yoga Dirgantara.

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH WIDYA MWAT YASA

KH. Irfan Hielmy, Ulama Besar Teladan Ummat dari Ponpes Darussalam Ciamis

Pemuda Kuat Indonesia Berintegritas