Bahayanya bicara tanpa data
Orang yang
baik-baik saja maupun kurang baik tetap akan bisa menjadi korban dari suatu
kesalahfahaman, karena apa? Karena kita tak begitu peduli akan data-data factual
yang terjadi secara kebenarannya.. ya lucu sekali kalo seperti itu ya, semoga
pembaca yang baik ini tidak termasuk demikian hehe.
Ok.. Misalnya
saja, seperti apa yang saya alami tepatnya pada kerabat saya, sebut saja
inisialnya Ana. Ana ini mulai bekerja di perusahaan percetakan buku di salah
satu toko yang tak cukup besar di lampung, baru hari pertama ia bertemu dengan
rekan kerja yang akan menjadi partner kerja nya nanti, sebut saja inisialnya
Ovin. dan ternyata Ovin ini adalah karib kerabatnya Ana, namun tampak dari
perilaku Ovan seperti tidak menyukai kehadiran Ana di pekerjaan tersebut.
Setelah satu
hari bekerja, Ana pun tidak begitu nyaman kerja disana karena perlakuan dari
Ovan yang begitu sinis terhadap Ana ini, bahkan si Ovan mendinginkan Ana
padahal Ana tak berbuat salah apapun bahkan dirinya ramah kepada Ovan.
Yaa dari
kejadian itu aku mendengar curhatan dari kerabatku itu bahwa dia tidak diinginkan
kehadirannya disana oleh si Ovan, akupun melihat chat-chatannya dengan si Ovan
yang tidak wajar. Kenapa tidak wajar? Karena si Ovan ini mengancam akan berbuat
begini dan begitu yang kecenderungannya adalah berbuat buruk. Aku berani
menulis seperti ini karna ya memang ada data factual yang tersimpan di
handphone nya Ana, bahkan kata-kata yang paling tidak mengenakkan si Ovan
kepada Ana adalah “kamu tuh kalo kerja
yang bener, harus pake otak dong” sambil sinis, kemudian di chatan si Ovan bilang “awas kamu, nanti aku pukul kau ya,
dasar bodoh” dll nya dengan sikap yang juga tak mengenakkan, hmm sungguh miris
ya yang seperti itu.
Ok aku akan
bahas ni terkait tadi yang membahas data fakta.
Kita sebagai
mahluk berakal sudah seharusnya tidak begitu saja mudah percaya atas omongan
orang apalagi jika orang tersebut adalah seorang pembohong, atau mungkin pernah
mencuri, dan kegiatan kurang baik lainnya. Meskipun itu yang berbicara adlah
anak sendiri, ya harus di cek dulu fakta-faktnya, jangan asal percaya, apalagi
yang berkaitan dengan menjelek-jelekkan orang lain, sungguh berbahaya, bisa –
bisa menyebabkan keretakan dalam hubungan kekeluargaan, sungguh tak diinginkan,
bukan?.
Seperti si
Ovan itu, beliau kemudian mendatangi keluarganya Ana dengan berbicara begini
begini, minta maaf, malahan sembari menangis, tapi kok dari apa yang
dibicarakannya berbeda dengan fakta-fakta yang Ana sebutkan. Dan sesekali si
Ovan ini terdiam, namun keluarganya Ana sudah mengetahui bahwa dirinya sedang
menutup-nutupi suatu kedustaan. Dan cerdiknya Ovan malah pintar sekali membalik-balikkan
fakta ya, hehe sungguh kecerdikan yang melampaui batas hahaa.
Kemudian paman
si Ana pun mengunjungi si Ovan ke rumahnya itu untuk mendengar apa yang
sebenarnya terjadi. Disana juga ada ibu nya yang mendengar keluh kesah
pengaduan si Ovan tersebut. Namun betapa terkejutnya kami dan juga keluarga Ana
ketika mendapati bahwa apa-apa bahkan semua yang dibilang si Ovan kepada orang
tuanya adalah pembusukan belaka, jauh sekali dari apa yang dia bicarakan
sewaktu meminta maaf keapada keluarga Ana dan anehnya semua fakta diputar
balikkan bahkan menjelek-jelekkan Ana yang tentu itu semua akan berimbas kepada
keluarga si Ana. Benar-benar kecerdikan yang sudah membusuk ya kayaknya hahaa..
tapi ya meskipun demikian tak apalah karena kekuatan akan dikalahkan oleh kebenaran.
Keluarga Ana
memang lebih memilih mengalah dan sabar, tapi bukan berarti lemah, dan mereka si
Ovan sungguh terlihat kuat dari gaya berbicara maupun keberaniannya, tetapi Ana
selalu ingat bahwa sesungguhnya Alloh akan membeberkan kebenaran yang
sebenarnya. Sesungguhnya yang kuat pun tak bisa melawan kebenaran, karena
hakikat kebenaran itu adalah pasti.
Ana bersyukur..
dengan dibenci, dicerca, padahal ia tak berbuat salah apapun, maka kebaikan
meraka akan disedekahkan kepada nya, hehe terimakasih yaa..
Maka daripada itu
ayo kita gencarkan data dan fakta, jangan sampai keluarga menjadi korban
kebodohan tindakan kita. Jangan kedepankan emosi, tapi dahulukanlah fikiran
sehat dan budi pekerti.
Ditulis 11 apri; 2020
Comments
Post a Comment