Review Film Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur Horor Klasik Rasa Baru
Film Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur menggunakan sentuhan masa lalu. Anggy
Umbara, sang sutradara yang pada awalnya dipercaya membidani film ini
menempatkan berbagai elemen komedi di tengah ketegangan film. Penyajian film
ini sebenarnya cukup baik dan mampu menghadirkan ketegangan yang cukup
mencekam.
Namun, sentuhan komedi sangat terasa di film ini. Beruntung, beberapa
pemeran seperti Asri Welas (Mia), Opie
Kumis (Rojali) dan Ence bagus (Tohir) mampu menjadi penawar melalui
celetukan-celetukan yang disajikan di dalam film ini. Selain film, konflik yang
coba dibangun pun terasa pas, tidak kurang dan lebih.
Film ini tak berasa horror yang menakutkan karena trio pembantu suzzanna
yang membikin rasa film ini berubah. Apalagi saat mereka mulai mengetahui bahwa
suzzanna ini seorang hantu. Rojali yang penasaran akhirnya melakukan pengecekan
dan mengajak pembantu lainnya untuk melihat. Akhirnya mereka pun tahu bahwa
suzzanna merupakan hantu,
Meskipun begitu, masih ada beberapa kekurangan seperti pembagian cerita
yang dibuat terburu-buru dan tentu saja, konflik-konflik yang terlihat seperti
kebetulan belaka. Meskipun begitu, film Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur, tidak
kehilangan inti ceritanya. Mebongkat tabir sosok wanita yang menjadi Sundel
Bolong.
Awal mula kenapa munculnya Sundel Bolong ini terjadi juga dikisahkan di
dalam film dengan cukup baik. Terinspirasi dari dua film Suzzanna, unsur
kengerian selyaknya film horor hadir dengan komposisi yang pas. Penasaran
dengan gabungan konflik, komedi dan kengerian yang disajikan di sepanjang film?
Pastikan kamu untuk menonton filmnya di bioskop sesegera mungkin.
Meskipun disisipi oleh adegan-adegan komedi, namun film ini mampu
menampilkan histeria kengerian Suzzanna di masa lalu. Misalnya ketika Suzzanna
(Luna Maya) mencoba untuk menghantui para perampok sebenarnya terlihat
mengerikan. Tidak ada yang bisa menggantilkan ekspresi muka data nan pucat dari
Suzzanna asli. Namun, Luna Maya sudah berusaha tampi maksimal menebar kengerian
dengan gayanya sendiri.
Apalagi, film ini disebut menggambarkan bentuk fisik Suzzanna pada saat
masih muda. Salah satunya adalah berkat
penata rias dan komposisi desain kostum yang tepat. Gambaran Suzzanna yang
menghantui di era ’70-an kembali muncul di dalam film ini. Selain itu, yang
membuat film ini menakutkan adalah latar cerita yang dikembalikan pada masa lalu. Semua set dibuat terlihat
vintage.
Adegan-adegan klasik yang muncul di film Suzzanna sebelumnya juga dimunculkan
kembali, meski porsinya tidak terlalu besar. Beberapa adegan paling memorable
diantaranya adalan saat makan satai atau permainan piano yang sebenarnya
berpotensi membuat bulu kuduk jadi bergidik.
Comments
Post a Comment